Memperkenalkan Nugal: Sistem Perladangan Ramah Gender di Dataran Apau Kayan
Desa Long Ampung Di banyak komunitas adat di Indonesia, khususnya masyarakat Dayak di Kalimantan, aktivitas pertanian ladang masih menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu praktik yang hingga kini tetap dilestarikan adalah nugal, yaitu kegiatan menugal tanah dengan tongkat kayu tajam (asek) untuk membuat lubang, kemudian mengisinya dengan benih padi atau tanaman lain.
Nugal bukan sekadar metode bercocok tanam tradisional, melainkan juga sebuah ritual budaya yang sarat makna kebersamaan, spiritualitas, serta harmoni antara manusia dan alam. Menariknya, praktik ini juga mencerminkan kesetaraan peran gender dalam sistem perladangan tradisional. Dalam perspektif keadilan gender, Aktivitas nugal dilakukan secara kolektif, dengan pembagian peran yang jelas antara laki-laki dan perempuan.Praktik ini menarik untuk dikaji karena memperlihatkan adanya gender complementarity—di mana peran laki-laki dan perempuan bukan dipisahkan secara hierarkis, melainkan saling melengkapi. Dengan demikian, nugal dapat dipahami sebagai bentuk sistem perladangan ramah gender yang berakar pada kearifan lokal. Secara teknis, proses nugal melibatkan dua peran utama: pertama, Laki-laki bertugas membuat lubang di tanah menggunakan tongkat kayu (asek).
Kedua, Perempuan mengikuti di belakang untuk memasukkan benih ke dalam lubang tersebut.Pola kerja nugal berlangsung simultan, beriringan, dan penuh makna simbolik. Peran laki-laki melambangkan kekuatan fisik, sedangkan peran perempuan merepresentasikan keberlanjutan hidup melalui benih. Keduanya berjalan berdampingan, tanpa ada dominasi salah satu pihak.Dalam perspektif antropologi feminis, pola ini mencerminkan apa yang disebut gender partnership, di mana kerja perempuan diakui sebagai pusat produksi dan reproduksi kehidupan. Nugal mewariskan budaya egaliter, dimana sistem ini diwariskan lintas generasi, menunjukkan bahwa nilai kesetaraan gender telah tertanam dalam praktik agraris tradisional.
Di Desa Long Ampung, Nugal dilakukan pada masa tanam seperti di Bulan September. Di tengah gempuran budaya modernitas dan egosentrisme yang menguat, masyarakat desa long Ampung secara kolektif masih menerapkan pola praktik.